Tarbawiyah
  • Ta’aruf
    • Risalah Tarbawiyah
    • FDTI
    • Buku Syarah Rasmul Bayan
    • Kontak Kami
  • Materi Tarbiyah
    • Ushulul Islam (T1)
    • Ushulud Da’wah (T2)
    • Kurikulum FDTI
      • Kelas 1
        • Mentoring
        • Penugasan
        • Majelis Rohani
        • Bina Wawasan
        • Kultum
        • Seminar
        • Taushiyah Pembina
      • Kelas 2
        • Mentoring
        • Penugasan
        • Majelis Rohani
        • Bina Wawasan
        • Seminar
      • Kelas 3
        • Mentoring
        • Penugasan
        • Majelis Rohani
        • Seminar
        • Diskusi Wawasan Islam
      • Kelas 4
        • Mentoring
        • Majelis Rohani
        • Seminar
        • Diskusi Wawasan Islam
    • Al-Arba’un An-Nawawiyah
  • Khutbah
  • Download
    • Buku Materi
    • Buku dan Materi Presentasi Bahasa Arab
      • Durusul Lughah Al-Arabiyah
      • PowerPoint Durusul Lughah Al-Arabiyah
    • Majalah
  • Donasi
Kategori
  • Akhbar Dauliyah (276)
  • Akhlak (37)
  • Al-Qur'an (36)
  • Aqidah (118)
  • Dakwah (27)
  • Fikrul Islami (36)
  • Fiqih (93)
  • Fiqih Dakwah (85)
  • Gerakan Pembaharu (35)
  • Hadits (69)
  • Ibadah (9)
  • Kabar Umat (116)
  • Kaifa Ihtadaitu (6)
  • Keakhwatan (5)
  • Kisah Nabi (10)
  • Kisah Sahabat (3)
  • Masyarakat Muslim (11)
  • Materi Khutbah dan Ceramah (45)
  • Musthalah Hadits (3)
  • Rumah Tangga Muslim (5)
  • Senyum (2)
  • Sirah (56)
  • Tarikh (55)
  • Taujihat (18)
  • Tazkiyah (34)
  • Tokoh Islam (11)
  • Ulumul Qur'an (7)
  • Wasathiyah (37)
54K
2K
Tarbawiyah
Tarbawiyah
  • Ta’aruf
    • Risalah Tarbawiyah
    • FDTI
    • Buku Syarah Rasmul Bayan
    • Kontak Kami
  • Materi Tarbiyah
    • Ushulul Islam (T1)
    • Ushulud Da’wah (T2)
    • Kurikulum FDTI
      • Kelas 1
        • Mentoring
        • Penugasan
        • Majelis Rohani
        • Bina Wawasan
        • Kultum
        • Seminar
        • Taushiyah Pembina
      • Kelas 2
        • Mentoring
        • Penugasan
        • Majelis Rohani
        • Bina Wawasan
        • Seminar
      • Kelas 3
        • Mentoring
        • Penugasan
        • Majelis Rohani
        • Seminar
        • Diskusi Wawasan Islam
      • Kelas 4
        • Mentoring
        • Majelis Rohani
        • Seminar
        • Diskusi Wawasan Islam
    • Al-Arba’un An-Nawawiyah
  • Khutbah
  • Download
    • Buku Materi
    • Buku dan Materi Presentasi Bahasa Arab
      • Durusul Lughah Al-Arabiyah
      • PowerPoint Durusul Lughah Al-Arabiyah
    • Majalah
  • Donasi
  • Gerakan Pembaharu

Sejarah Al-Ikhwanul Muslimun 1950 -1973

  • 28-10-2021
ikhwan
Total
1
Shares
1
0
0

Hasan Al-Banna dan Kelahiran Al-Ikhwanul Muslimun

Setelah runtuhnya kekhalifahan Turki Utsmani pada tahun 1924, pasca perang dunia pertama, hampir semua negara Arab jatuh ke tangan penjajah Barat. Umat Islam pun mulai tercabik-cabik oleh kekuatan imperialisme Barat. Dalam kondisi dunia Islam seperti itulah, seorang pemuda bernama Hasan Al-Banna bersama beberapa orang sahabatnya mendirikan cikal bakal gerakan Al-Ikhwanul Muslimun (IM).

Hasan Al-Banna lahir di Al-Mahmudiyah, sebuah kota kecil di Mesir, pada 14 Oktober 1906. Ayah beliau, Ahmad Abdurahman As-Sa’ati, bekerja sebagai tukang arloji tetapi juga merupakan ulama terkenal karena karya besarnya Fathur Rabbani dan Bulughul Amani. Ini kitab besar yang memberi penjelasan tentang musnad Imam Ahmad yang mencakup ribuan hadits.

Hasan kecil mendapat pendidikan awal melalui kedua orangtuanya. Ruh Alquran telah tertanam dalam jiwanya sejak kecil. Sehingga keberanian untuk menyampaikan sesuatu yang hak dan mencegah hal yang munkar telah tumbuh semenjak remajanya. Di usianya yang masih remaja, Hasan telah menunjukkan kepiawaiannya dalam memimpin dan berorganisasi. Bersama beberapa kawan sekolahnya, ia mendirikan perkumpulan “Akhlaq Adabiyyah” yang tujuannya bagaimana menjaga akhlak dan adab yang baik. Aktivitas mereka yaitu saling menasihati di antara sesama anggota untuk berakhlak mulia, di samping menghimpun dana bagi kaum fakir miskin.

Setelah menyelesaikan pendidikan menengahnya, Hasan Al-Banna melanjutkan sekolahnya di Perguruan Darul Ulum Kairo selama empat tahun. Sesudah lulus, ia ditugaskan mengajar sekolah dasar di Ismailiyyah. Di kota kecil inilah Hasan membangun gerakan dakwah IM. Gerakan Ikhwan memulai kiprahnya, semenjak Maret 1928. Tujuan gerakan IM, sebagaimana dikemukakan Hasan Al-Banna adalah menyampaikan risalah Islam secara benar dan jelas kepada seluruh manusia pada umumnya dan kaum muslim khususnya. Al-Ikhwan berupaya menyatukan hati umat muslim dengan landasan yang satu, yaitu Islam. Selain itu, mereka ingin membebaskan negeri-negeri muslimin dari kungkungan kaum penjajah. Mereka juga berupaya sekuat tenaga menegakkan negara yang merealisasikan hukum-hukum Islam di tengah rakyatnya, serta mampu menyampaikan misi dan risalah Islam ke luar negeri.

Pada awalnya, gerakan dakwah Al-Banna dan Ikhwannya sama seperti gerakan lainnya, yakni lebih fokus pada pembinaan masyarakat untuk kembali kepada Islam melalui mimbar mesjid dan sarana dakwah lainnya. Tapi gerakan Ikhwan mempunyai keunikan tersendiri. Dakwah yang mereka lakukan tidak hanya kokoh di mesjid-mesjid, tetapi melebar ke tempat-tempat umum, seperti sekolah-sekolah, pasar-pasar, pabrik-pabrik, kantor-kantor bahkan di warung kopi (maqha) tempat berkumpulnya orang-orang untuk melepas kepenatan.

Nama Al-Banna yang melekat pada Hasan adalah pemberian sahabat-sahabatnya disebabkan keutamaan pribadi beliau sebagai muassis dan pembangun jamaah dakwah. Nama gerakan Al-Ikhwanul Muslimun lahir begitu saja. Ketika Imam Hasan Al-Banna ditanya oleh para sahabatnya tentang nama gerakannya, beliau menjawab “Kita semua adalah umat Islam dan umat Islam itu pada hakikatnya bersaudara, jadi kita adalah ‘Al-Ikhwanul Muslimun (saudara-saudara muslim)”.

Sejak saat itu, pengikut Hasan Al-Banna menamakan Al-Ikhwanul Muslimun bagi organisasi mereka. Mereka tidak membangga-banggakan nama kelompoknya ini karena tujuan mereka adalah mengajak kepada Islam. Imam Hasan Al-Banna sendiri pernah berkata, “Kam minna wa laisa fiina wa kam fiina wa laisa minna” (Berapa banyak orang menjadi bagian kita tetapi tidak bersama kita dan berapa banyak orang yang bersama kita, tetapi belum menjadi bagian kita). Hasan Al-Banna sendiri sangat mengutamakan kesatuan umat. Beliau selalu berpesan pada pengikutnya agar berpegang pada prinsip, “Nata’awan fimaa ittafaqnaa, wanataa’dzar fimaa ikhtalafnaa” (Kita bekerja sama pada hal yang kita sepakati dan bertoleransi terhadap hal-hal yang kita berbeda).

Hasan Al-Banna dan Kharismanya

Bagi para Ikhwan, Hasan Al-Banna menjadi inspirator utama jamaah. Semua anggota IM memperhatikan dan menaati wejangan dan pengarahan beliau. Pengajian Hari Selasa yang secara rutin beliau berikan diikuti puluhan ribu orang. Demikian juga khutbah-khutbah yang beliau sampaikan di berbagai kesempatan selalu dikenang oleh segenap pengikutnya. Sebagai contoh, DR. Abbas As-Sisi yang semasa remajanya berkali-kali mengikuti khutbah Imam Hasan Al-Banna sampai masa tuanya (usia 90 tahun) selalu membayangkan saat-saat indah tatkala ruh ukhuwwah yang mengalir dari jiwa Hasan Al-Banna mengalir ke hati para hadirin bagaikan arus listrik yang menerangi hati mereka. Seorang muridnya yang lain mengatakan, “Aku datang ke pengajian Imam Hasan Al-Banna dengan membawa masalah-masalah keluarga. Aku tidak menyampaikan masalah itu kepada syekh tetapi isi pengajian itu langsung memberikan jawaban terhadap persoalan-persoalan hidupku”. Perasaan seperti ini dirasakan banyak orang.

Demikian hebat kharisma yang dimiliki Imam Hasan Al-Banna. Sistem dan cara beliau membina generasi penerusnya amat menakjubkan. Pernah ada dua orang anggota Ikhwan saling ngotot masalah harga, yang satu adalah pembeli dan yang lain penjual, keduanya anggota Ikhwan. Si pembeli ngotot ingin membayar di atas harga bandrol, karena ia berpikir bahwa si penjual adalah saudara seperjuangan. Sementara si penjual ngotot ingin menjual di bawah harga bandrol. Keduanya tetap bertahan pada pendirian masing-masing, dan tidak ada yang mau mengalah. Syukurlah, secara kebetulan Imam Al-Banna lewat di tempat mereka. Beliau lalu mendamaikan. Sikap solidaritas anggotanya yang begitu menakjubkan itu rasanya sulit ditemukan di abad yang serba materialistis seperti sekarang ini.

Ketika Imam Al-Banna memutuskan untuk mendirikan “Darul Ikhwan“, banyak kisah yang unik. Sepasang suami istri berselisih hanya karena si suami ingin menyumbang satu Jeneh (Pound Mesir), sementara si istri memaksa untuk menyumbang tiga Jeneh. Akhirnya, Imam Al-Banna memutuskan agar mereka menyumbang dua Jeneh. Bahkan seorang anggotanya rela menjual satu-satunya harta yang dimilikinya hanya demi terwujudnya “Darul Ikhwan“. Adalagi seorang istri rela melepas gelangnya demi perjuangan.

Figur Hasan Al-Banna sangat fenomenal. Bayangkan, beliau hafal satu persatu nama anggota Al-Ikhwan yang jumlahnya ribuan orang. Bila ada rapat besar, beliau biasa memanggil nama sahabatnya satu persatu tanpa keliru sedikit pun. Kemampuan ini ada pada Hasan Al-Banna karena kecintaannya kepada sesama muslim khususnya para pengikut beliau, rasa ukhuwwah (persaudaraan), dan tanggung jawabnya sebagai mursyid (pemimpin). Karena itu pula tidak seorang pun dari pengikutnya yang ragu memanggil beliau dengan sebutan “Imam” (Pemimpin). Mereka teramat mencintai pemimpin yang selalu menjadi teladan dan melayani ini. Hasan Al-Banna adalah pemimpin abad 20 yang mencerminkan kebenaran firman Allah,

وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ

“Dan Kami jadikan mereka pemimpin-pemimpin yang menunjuki manusia dengan perintah Kami ketika mereka bersabar dan mereka merupakan orang-orang yang yakin terhadap ayat-ayat Kami.” (As-Sajdah: 24)

Dalam kehidupannya, Hasan Al-Banna bukan hanya mengandalkan kekuatan kata-kata tetapi menjalin erat setiap hati dengan kekuatan iman dan persaudaraan. Lebih dari itu, jiwa kepemimpinan beliau bagaikan energi yang tidak ada habisnya mendorong para ikhwah menyebarluaskan dakwah ke seluruh penjuru Mesir dan negara lainnya. Bahkan meskipun beliau sudah tiada, tulisan-tulisan Imam Hasan Al-Banna yang dibundel dalam kitab Majmu’atur Rasail serta ceramah-ceramah beliau yang dirangkum dalam kitab Haditsuts Tsulasa sampai sekarang masih dibaca para Ikhwan di seluruh dunia dan dijadikan rujukan gerakan dakwah mereka. Setiap ceramah beliau ditulis ulang dan diterbitkan untuk menjadi bekal dakwah mereka.

Kegiatan gerakan IM ini mencakup semua sisi: akidah, syariah, dan gaya hidup islami, setelah sebelumnya hal-hal itu dianggap hilang. Gerakan ini pun mencoba untuk ambil bagian dalam kegiatan sosial, pendidikan, dan perekonomian, sehingga membuat para pengikutnya memiliki pengaruh kuat di masyarakat. Pada Tahun 1933, Ikhwan mendirikan pabrik tenun dan pabrik permadani, di samping mendirikan sebuah lembaga keuangan yang berlandaskan Islam. Sementara dalam dunia pendidikan, Ikhwan mendirikan beberapa lembaga pendidikan.

Usaha yang dikelola Ikhwan saat itu merupakan perusahaan-perusahaan besar berskala nasional. Bahkan dalam dunia pers, Ikhwan mulai menerbitkan surat kabar hariannya semenjak 5 Maret 1946. Saat itu harian ini tersebar di seluruh Mesir dan negara-negara Arab lainnya. Sayangnya, pada 4 Desember 1948 harian tersebut dibredel oleh pemerintah Mesir. Beberapa majalah resmi yang dikelola Ikhwan pun mengalami nasib yang sama. Satu-satunya majalah Ikhwan yang terbit sampai saat ini adalah majalah bulanan Ad-Dakwah yang diterbitkan dari London.

Politik belum mewarnai gerakan Ikhwan di awal 1930-an. Semboyan yang dikumandangkan oleh Imam Hasan Al-Banna adalah “kami menginginkan individu muslim, keluarga muslim dan masyarakat muslim”. Tapi kemudian Al-Banna mengembangkan arti dan pemahaman masyarakat muslim, yaitu mencakup berdirinya negara Islam dan penerapan hukum Islam. Maka, di pertengahan 1930-an, Hasan Al-Banna dan gerakan Ikhwan mulai memasuki dunia politik. Dimulai dengan surat-surat politik Al-Banna kepada Raja Farouk, lalu Perdana Menteri Mesir Musthafa Nuhhas, juga para pemimpin dunia Arab, untuk menjadikan Islam sebagai pedoman hidup muslim dalam segala bidang. Pembebasan negara Islam dari kungkungan kekuasaan imperialis Barat juga merupakan terminologi yang dikumandangkan gerakan Ikhwan saat itu.

Pada awal Tahun 1940-an, Imam Al-Banna mencalonkan diri sebagai anggota parlemen untuk daerahnya. Tapi ketakutan pemerintah memaksa Al-Banna untuk mengundurkan diri dengan ancaman IM akan dibubarkan jika ia tidak mengundurkan diri dari pemilu. Tahun 1948 Imam Al-Banna mengirim pasukan Ikhwan berjumlah 12 ribu orang ke Palestina untuk berperang melawan Yahudi. Pasukan Yahudi yang dibantu Inggris kalang kabut menghadapi kekuatan pemuda Ikhwan yang memiliki ruhul jihad tinggi dan mencintai syahid di jalan Allah,.

Maka, tak mengherankan jika pihak Zionis senantiasa merasa terancam oleh gerakan yang diilhami oleh pemikiran Hasan Al-Banna. Pada perang Arab-Israel, IM mampu mengerahkan pasukannya dari segala penjuru negeri-negeri Arab untuk berperang melawan Yahudi. Tercatat, pasukan sukarelawan Ikhwan dari Mesir dipimpin Abdurrahman, saudara lelaki Al-Banna. Dari Suriah dipimpin oleh Dr. Musthafa As-Siba’i, dari Yordania dipimpin Abdurrahman Khalifah dan dari Irak dipimpin Muhammad Mahmud Shawwaf.

Moshe Dayyan, dalam memoarnya, mengakui keuletan dan kegigihan para pejuang Ikhwan, sehingga daerah-daerah yang diduduki sukarelawan Ikhwan tak dapat direbut oleh Yahudi. Sayang, ketika mereka pulang, para pejuang itu tak disambut dengan kegembiraan. Sebaliknya, pintu penjaralah yang menanti kepulangan mereka.

Hasan Al-Banna telah menjadikan Islam bukan semata teori dan pemikiran tetapi sebuah realitas organisasi yang tangguh dan kuat. Kalau disimpulkan, gerakan IM mencakup,

  1. Menghidupkan kembali konsep “keuniversalan dan keintegralan Islam yang tercermin dalam semua aspek aktivitas kehidupan”.
  2. Menciptakan generasi muslim yang memiliki keseimbangan antara akidah, pemikiran, spiritual, ritual, dan kiprah.
  3. Meyakinkan akan pentingnya makna ukhuwah Islamiyyah, yang bukan sekadar teori -melainkan harus diamalkan. Juga harus menghindari masalah yang akan mengarah pada perpecahan, dengan senantiasa konsisten pada etika perbedaan pendapat.
  4. Seruan dakwah harus menyentuh semua lapisan masyarakat, dari mulai tingkat yang terpelajar sampai lapisan terbawah.
  5. Mencoba mengingatkan akan bahaya gerakan Zionisme Yahudi yang didukung oleh Barat serta mengingatkan bahwa masalah Palestina merupakan agenda umat Islam yang harus diselesaikan.

Syahidnya Hasan Al-Banna dan Pemberangusan Jamaah

Karena kesal dengan kemajuan dakwah Islam dan langkah politis IM, Raja Farouk (Penguasa Mesir) berkonspirasi dengan Yahudi dan militer berusaha melenyapkan Imam Hasan Al-Banna. Tanggal 12 Februari 1949, para agen Raja Farouk berhasil menyelesaikan tugas mereka: menghabisi pendiri gerakan Ikhwanul Muslimun, Hasan Al-Banna.

Sabtu petang itu, sekitar pukul delapan lebih dua puluh menit, Hasan Al-Banna baru saja keluar dari markas “Syubbanul Muslimin” yang terletak di Jalan Malikah Nazili (sekarang Jalan Ramses), jantung Kairo. Beliau didampingi sahabat sekaligus menantunya, Ustad Abdul Karim Mansur, yang juga seorang pengacara. Abdul Karim Manshur mengungkap kembali detik-detik terakhir kehidupan Imam Hasan Al-Banna. “Kami berdua keluar menuju Jalan Ramses. Di sana taksi sudah menunggu. Kemudian Imam Hasan Al-Banna masuk ke dalam taksi dan duduk di kursi belakang. Setelah itu saya menyusul masuk. Di dalam taksi kami saling tukar tempat duduk, sehingga beliau duduk di sebelah kanan saya,” ujarnya.

Belum lagi taksi tersebut berjalan, tiba-tiba dua orang tak dikenal menghadang taksi yang mereka tumpangi. “Salah seorang dari keduanya berusaha membuka pintu yang ada di sebelah saya. Tapi saya berusaha untuk menahannya. Tiba-tiba orang itu mengarahkan pistol ke arahku dan memuntahkan pelurunya. Satu peluru mengenai dadaku, peluru selanjutnya mengenai tangan kananku yang berusaha untuk meraih pistolnya. Sedangkan peluru ketiga mengenai kakiku, sehingga aku tak mampu bergerak. Hal tersebut berlangsung dengan cepat,” katanya.

“Setelah melihat aku tak berdaya, ia menuju ke arah Imam Hasan Al-Banna, dan berusaha membuka pintu taksi. Tapi tidak berhasil. Kemudian ia memuntahkan peluru pistolnya ke arah Hasan Al-Banna. Pintu pun akhirnya terbuka. Sambil mundur, ia menembaki Hasan Al-Banna. Tujuh peluru bersarang di tubuh Al-Banna, tapi beliau masih mampu berdiri dan lari mengejar para penembak tersebut sekitar seratus meter. Rupanya sebuah mobil telah menunggu mereka, dan akhirnya mereka kabur menggunakan mobil tersebut,” tutur Abdul Karim Manshur.

Tak lama berselang, Hasan Al-Banna pun menemui panggilan Ilahi di rumah sakit karena kehabisan darah. Dokter jaga pada malam itu dilarang merawat Al-Banna oleh utusan khusus Raja Farouk demi meyakinkan bahwa Al-Banna memang telah benar-benar tak bernyawa lagi.

Sejak peristiwa keji itu seluruh dunia Islam berduka. Para ulama Mujahid sepakat memberi tambahan gelar baru bagi Hasan Al-Banna dengan sebutan “Al-Imam As-Syahid”. Semoga arwah beliau senantiasa dirahmati Allah Taala dan cita-cita perjuangan beliau akan menjadi kenyataan. Sementara itu, semua kekayaan Ikhwan disita oleh pemerintah Mesir. Para pimpinan Ikhwan ditangkapi dan dijebloskan ke dalam penjara oleh PM Jamal Abdun Naser dan sejak itu IM dinyatakan sebagai organisasi terlarang.

Pada tahun 1951, pemerintah Mesir kembali memberi kesempatan kepada Ikhwan untuk berdiri kembali serta mengembalikan kekayaan Ikhwan yang disita. Mulai tahun itulah, Ikhwan kembali merekonstruksi organisasinya di bawah pimpinan Hasan Hudhaibi, seorang pengacara terkenal Mesir saat itu. Ketika terjadi Revolusi Mesir, 23 Juli 1953, dalam upaya meruntuhkan rezim Farouk, Ikhwan turut ambil bagian. Bahkan pemimpin revolusi Mesir, Jenderal Muhammad Najib, sempat menyampaikan sambutannya berkenaan dengan peringatan kematian Al-Banna dan disiarkan langsung melalui radio. Pemerintahan pasca revolusi pun sempat menawarkan kepada Ikhwan untuk bekerja sama dalam membentuk pemerintahan. Tapi Ikhwan menolak selama Islam tidak dijadikan sebagai landasan hukum. Penolakan tersebut merupakan awal retaknya hubungan Ikhwan dengan rezim baru.

Kesepakatan Suez yang ditandatangani pemerintah Mesir dan Inggris semakin mendorong Ikhwan menjadi oposisi pemerintah. Pada 1954, Ikhwan kembali diberangus. Bahkan beberapa pemimpin Ikhwan dijatuhi hukuman mati di tiang gantungan. Salah seorang di antaranya adalah Dr. Abdul Qadir Audah, seorang pakar hukum Mesir. Sementara Hasan Hudhaibi, Mursyid Ikhwan dijatuhi hukuman seumur hidup. Penjara sipil dan militer Mesir kembali dipenuhi para pejuang Ikhwan untuk kedua kalinya, setelah peristiwa pemberangusan pertama pada 1948 di zaman rezim Farouk.

Kalau peristiwa pemberangusan sebelumnya diprakarsai oleh Barat, maka pemberangusan anggota Ikhwan 1965-1966 boleh dikatakan atas prakarsa Rusia. Sebab rezim yang dipimpin Naser saat itu mendapat dukungan penuh Soviet. Korban pemberangusan gerakan Ikhwan kali ini adalah Sayyid Qutb, penulis karya monumental Tafsir Fi Zhilalil Quran, yang sampai sekarang sudah dicetak ulang sampai edisi ketiga puluh.

Pada masa Anwar Sadat, tahanan Ikhwan mulai dibebaskan dan mereka diperkenankan untuk bergerak atas nama pribadi. Bukan atas nama gerakan. Tapi gerakan Ikhwan menolak hal tersebut dan ingin tetap berdiri di bawah pimpinan Hasan Hudhaibi. Mereka juga terus mengajukan agar keputusan MPR tahun 1954 mengenai pelarangan gerakan Ikhwan dicabut, sampai wafatnya Hudhaibi. Barulah pada 21 Januari 1983 permohonan Ikhwan terkabul. Saat itu pemimpin Ikhwan dijabat oleh Umar Tilmisani sampai beliau wafat pada 1986.

Walau usia Al-Banna sangat pendek (43 tahun), keberadaannya telah membawa berkah bagi umat. Beliau telah menanamkan bibit kebangkitan umat di abad 20 ini. pemikirannya bukan semakin pudar dengan terbunuhnya beliau, melainkan justru tumbuh subur. Dengan syahidnya Imam Hasan Al-Banna kaderisasi dakwah tidak lantas mati malah membuat anggota Ikhwan semakin kuat dan menyebar di seluruh dunia.

Sistem pembinaan Al-Banna telah diwariskan kepada para pengikutnya. Keluarga Qutb adalah contoh keluarga yang dibina Ikhwan setelah syahidnya Hasan Al-Banna. Sayyid Qutb masuk ke dalam jamaah ini justru setelah Hasan Al-Banna menemui syahidnya. Ketika peristiwa pembunuhan keji itu terjadi Sayyid sedang sakit dan dirawat di sebuah rumah sakit di AS. Sayyid tertarik dengan pribadi Hasan Al-Banna karena melihat orang-orang Amerika, para dokter dan perawat begitu senangnya mendengar wafatnya Hasan Al-Banna. Bagi Sayyid Qutb, pribadi yang kewafatannya (kesyahidannya) membuat orang-orang kafir menjadi senang tentulah pribadi mukmin sejati yang layak untuk diikuti.

Sepulangnya dari Amerika Sayyid segera bergabung dengan IM. Beliau dan keluarganya terus ditarbiyah oleh para sahabat Imam Syahid. Sayyid Qutb berdakwah melalui lisan dan tulisan.. Selanjutnya, dalam kiprah dakwah, semua anggota keluarga Sayyid Qutb pernah ditangkap tetapi mereka tetap istiqamah. Sayyid Qutub bahkan sampai dihukum mati, sementara dua saudara perempuannya, Aminah dan Hamidah Qutub, harus mendekam di dalam penjara. Hamidah Qutub ditangkap pada saat pesta pernikahannya. Bukan karena tindak kriminal yang dilakukannya, melainkankan karena membela satu prinsip yang memang tak bisa ditawar-tawar: prinsip akidah. Hamidah baru dapat bertemu kembali dengan suaminya, Kamal As-Sananiry, setelah 20 tahun berlalu dari hari pernikahannya. Sebab si suami ini pun dijebloskan ke dalam penjara.

Kisah-kisah demikian bukan membuat orang semakin jauh dari IM. Melainkan justru semakin mendekat dan tertarik untuk lebih tahu apa rahasia serta konsep pembinaan Ikhwan, sehingga dapat menghasilkan generasi semacam itu. Generasi yang saling mencintai, saling mementingkan kepentingan saudaranya. Generasi yang memiliki pendirian yang tidak bisa dibeli dengan apa pun. Generasi yang lebih mementingkan umat ketimbang kemaslahatan dirinya sendiri.

Pengaruh Jamaah IM pada Pergerakan Islam lainnya

Gerakan IM mampu menyedot banyak pengikut karena prinsip universal yang dianutnya. Mereka juga mampu memenuhi keinginan para pengikutnya akan peningkatan keimanan, keluasan wawasan, kenikmatan berukhuwah, berjamaah dan berdakwah di jalan Allah. Maka, tidaklah mengherankan jika pengikut gerakan Ikhwan terdiri atas kaum terpelajar sampai masyarakat berpendidikan rendah yang kesemuanya bersatu padu dalam ikatan jihad fi sabilillah.

Perlu diingat bahwa gerakan ini bukan sekadar gerakan sosial kemasyarakatan belaka. Jamaah Ikhwan berkembang menjadi gerakan politik. Bahkan mereka mampu memberi inspirasi bagi gerakan-gerakan Islam lain yang tumbuh di luar Mesir. Di luar Mesir, IM diperkirakan tersebar sekitar 2.000 cabang lebih di 70 negara Islam. Jumlah itu sebanding dengan jumlah yayasan-yayasan kebaikan yang mereka miliki. Bahkan kelompok pejuang yang paling ditakuti oleh Yahudi saat perang Palestina-Yahudi adalah milisi bersenjata yang dibina oleh Ikhwan. Hamas merupakan sayap dari gerakan Ikwanul Muslimun Palestina.

Konspirasi Yahudi, Barat, dan pemerintah Mesir kecele besar. Mereka menyangka dengan dihabisinya Hasan Al-Banna dan diberangusnya gerakan tersebut di Mesir, akan punahlah pengaruhnya. Nyatanya, setelah kematian Al-Banna, gerakan Ikhwan bukannya kendur, malah semakin pesat perkembangannya di luar Mesir. Gerakan tersebut tumbuh subur di Suriah, Palestina, Yordania, dan Sudan. Bahkan gerakan mereka turut memberi andil besar bagi tumbangnya kekuasaan Yahya Hamiduddin di Yaman pada 1948. Mereka juga mengilhami gerakan “An-Nahdhah” di Tunis yang dipimpin Rasyid Ghannusi. Juga gerakan Islam yang ada di Aljazair. Pada 1982, Ikhwan Mesir menyempurnakan sistem keorganisasiannya dalam skala internasional, dengan menjalin kerja sama dengan semua gerakan Ikhwan yang ada di luar Mesir

Jihad Afghanistan melawan Soviet, sampai jatuhnya Kabul, tak lepas dari andil gerakan Ikhwan. IM mengirim perwakilan resminya, Ustad Kamal As-Sananiry untuk mengikuti perjuangan jihad itu dari dekat. Cikal bakal gerakan Jihad Afghanistan diprakarsai oleh para dosen Universitas Kabul yang sempat menuntut ilmu di Mesir seperti Abdur Rabbi Rasul Sayyaf. Mereka berkenalan dengan para murabbi Ikhwan dan mendapatkan tarbiyah yang membentuk mereka menjadi mujahid dakwah.

Kabarnya, Partai Masyumi merupakan gerakan Islam Indonesia yang punya hubungan baik dengan IM. Beberapa tokoh Islam Indonesia sempat berjumpa dan berbincang dengan Al-Banna. Bahkan gerakan IM mendorong pemerintahan Mesir untuk mengakui kemerdekaan Indonesia. Jadilah Mesir sebagai negara asing pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia. Dr. Said Ramadhan, salah seorang menantu Al-Banna, dalam salah satu wawancaranya dengan majalah Ad-Dakwah, menjelaskan hubungan beliau dengan tokoh Islam Indonesia, M. Natsir. Mereka sempat berjumpa dalam muktamar pertama tentang Mesjidil Aqsa pada 1950.

Dalam perjalanannya yang sudah melampaui 90 tahun itu, gerakan Ikhwanul Muslimun tampaknya masih belum berhasil merealisasikan apa yang mereka cita-citakan. Apakah Ikhwan telah gagal? Ustadz Said Hawwa, salah seorang tokoh Ikhwan Suriah generasi kedua berkata, “Keberhasilan Ikhwan sampai saat ini baru sampai taraf penyebaran fikrah (pemikiran) dan membangkitkan kesadaran umat. Hal itu dapat terlihat dari tersebarnya karya tokoh-tokoh Ikhwan ke seluruh penjuru dunia.”

Total
1
Shares
Share 1
Tweet 0
Pin it 0
Related Topics
  • Al-Ikhwan Al-Muslimun
  • Ikhwanul Muslimin
Tarbawiyah

Previous Article
Uni Afrika
  • Akhbar Dauliyah

Uni Afrika Tangguhkan Keanggotaan Sudan, Al-Burhan Pecat 6 Duta Besar Sudan

  • 28-10-2021
View Post
Next Article
pexels konevi 2236674
  • Fiqih

Jima’ di Malam Jum’at atau Hari Jum’at

  • 28-10-2021
View Post
You May Also Like
Ustadz Hasan Al Banna
View Post
  • Gerakan Pembaharu

Gema Dakwah dari Kedai Kopi

  • Tarbawiyah
  • 21-10-2021
Ashabu Rayati Shud
View Post
  • Gerakan Pembaharu

Apakah Thaliban itu Ashaabu Raayatus Suud (Pengibar Panji-Panji Hitam) Pasukan Al-Mahdi dari Khurasan?

  • Tarbawiyah
  • 04-09-2021
Taliban
View Post
  • Gerakan Pembaharu

Gerakan Taliban

  • Tarbawiyah
  • 17-08-2021
muhammadiyah
View Post
  • Gerakan Pembaharu
  • Kabar Umat

Muhammadiyah Pelopor Dakwah di Ruang Publik

  • Tarbawiyah
  • 06-08-2021
Thaha Husain dan Hasan Al Banna
View Post
  • Dakwah
  • Fikrul Islami
  • Gerakan Pembaharu

Dialog Seorang Mustasyar dengan Seorang Guru SD: Thaha Husain dan Hasan Al-Banna

  • Tarbawiyah
  • 23-07-2021
Mudzakirat
View Post
  • Gerakan Pembaharu

Tukang Kayu atau Advokat?

  • Tarbawiyah
  • 27-06-2021
thaifwiki
View Post
  • Gerakan Pembaharu

Saudi dan Ikhwan: Dari Kemesraan Hingga Perseteruan (Bag. 15 – Tamat)

  • Tarbawiyah
  • 31-01-2021
nu2
View Post
  • Gerakan Pembaharu

Cita-cita Dasar Berdirinya NU

  • Tarbawiyah
  • 29-01-2021

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Trending
  • Malam 1
    • Fiqih
    • Ibadah
    Empat Amalan di Malam Lailatul Qadar
    • 25-04-2022
  • Dai 2
    • Fiqih
    • Ibadah
    Amaliyah Pasca Ramadhan
    • 27.04.22
  • Kantor Kemenag 3
    • Kabar Umat
    Kemenag Terbitkan KMA Kuota Haji 1443 H, Ini Sebaran dan Ketentuannya
    • 27.04.22
  • Dosa dan Kebajikan 4
    • Hadits
    Hadits 27: Kebajikan dan Dosa
    • 27-04-2022
  • Haji 5
    • Akhlak
    Mempertahankan Spirit Ramadhan
    • 30.04.22
  • Turki dan Saudi 6
    • Akhbar Dauliyah
    Motif Dibalik Membaiknya Hubungan Turki dan Arab Saudi
    • 01-05-2022

Forum Dakwah & Tarbiyah Islamiyah adalah Perkumpulan yang didirikan untuk menggalakan kegiatan dakwah dan pembinaan kepada masyarakat secara jelas, utuh, dan menyeluruh.

Forum ini berupaya menyampaikan dakwah dan tarbiyah Islamiyah kepada masyarakat melalui berbagai macam kegiatan dakwah.

Kegiatan dakwah FDTI dilandasi keyakinan bahwa peningkatan iman dan taqwa tidak mungkin dapat terwujud kecuali dengan melakukan aktivitas nasyrul hidayah (penyebaran petunjuk agama), nasyrul fikrah (penyebaran pemahaman agama), dan amar ma’ruf nahi munkar (mengajak kepada kebaikan dan melarang kemungkaran).

Tag
Afghanistan Al-Aqsha An-Nahdhah Tunisia Arab Saudi Arbain Nawawiyah covid-19 futuhat Islamiyah di zaman Umar hadits arbain haji hasan al-banna Ikhwanul Muslimin Iran Israel Kemenag Ma'rifatul Islam Ma'rifatur Rasul materi khutbah jum'at materi tarbiyah Mesir Muhammadiyah MUI Nahdlatul Ulama Pakistan Palestina Persis pks qawaidud da'wah Ramadhan rasmul bayan Risalah Mu'tamar Khamis Rusia Saudi Arabia sirah nabawiyah sirah perang tabuk Sudan Taliban taujih KH. Hilmi Aminuddin Tunisia Turki Ukraina ushulud da'wah ushulul Islam Wasathiyah Yaman Yusuf Al-Qaradhawi
Komentar Terbaru
  • Abu Khaleed pada Budaya Saling Menasihati Sesama Kader Dakwah
  • Tugas gencarkan ramadhan – Everyone has diffrent personality pada Tadabbur Al-Qur’an Surat Al-Kafirun
  • Wahyu | id.wikipedia.org - Masuk pada Pembahasan tentang Wahyu
  • M.F.Noor pada Urutan Khilafah Sepanjang Sejarah Islam
  • Salamun Haris pada Bergerak dan Terus Bergerak!
  • Tarbawiyah pada Hadits 24: Larangan Berbuat Zalim (Bag. 1)
  • ana pada Hadits 24: Larangan Berbuat Zalim (Bag. 1)
  • Ana pada Evalina Heryanti, Perempuan Kristiani Pakar Olimpiade Gabung Dewan Pakar PKS
Tarbawiyah
  • Sitemap
  • Kebijakan Privasi
  • Syarat Ketentuan
Menebar Hidayah ISLAM

Input your search keywords and press Enter.